top of page

Mendidik Anak dalam Keluarga ala Islam


Bila kita mengkaji berbagai riwayat dan hadis yang berkaitan dengan pendidikan anak, kita temukan adanya penekanan-penekanan bahwa pendidikan anak merupakan bagian dari hak anak-anak. Dalam Riwayat Amiril Mukminin Ali bin Abi Thalib ra mengatakan, “Bawalah anakmu hingga usia enam tahun, kemudian ajarilah Alquran enam tahun, kemudian kumpulkanlah dia bersamamu tujuh tahun dan ajarilah adab dengan adabmu. Jika dia menerima maka ia akan menjadi baik; jika menolak lepaskanlah.”


Ilmu yang dimaksud dalam berbagai riwayat yang apabila orangtua tidak mengajarkan kepada anak-anaknya dianggap salah, adalah ilmu yang dijelaskan dalam dua pokok berikut ini:


Pertama: Pengetahuan umum yang berkaitan dengan kepentingan duniawi dan kehidupan anak. Misalnya, pendidikan formal dengan segala tingkatannya hingga perguruan tinggi. Terpenuhinya pendidikan anak dalam ilmu umum termasuk salah satu bagian penting dari kemuliaan pribadi anak, dan ini harus betul-betul dijaga oleh orang-tua.


Kedua: Pengetahuan yang berkaitan langsung dengan kehidupan dan hidup mereka. Seperti seorang ibu harus mendoktrin putrinya tentang prinsip-prinsip rumah tangga, cara menjaga suami dan anak-anaknya, serta cara berbicara dengan suaminya.


Tanggungjawab Orangtua terhadap Pendidikan Anak

Dalam kehidupan masyarakat, kita melihat seorang perempuan meraih gelar pendidikan sarjana atau di bawahnya. Hanya saja ia tidak tahu bagaimana cara menggendong anak kecil yang masih menyusu atau cara memakaikan pakaiannya. Kesalahan yang demikian ini terpulang kepada ibunya karena tidak pernah mengajarkan hal itu kepada putrinya.

Gelar sekolah dianggap suatu kelebihan bagi pribadi seorang wanita tapi ketidaktahuan cara hidup berumah tangga merupakan kekurangan yang merugikan bagi seorang istri. Kesalahan itu pun juga kembali kepada ibunya yang tidak mengajarkannya pada putrinya sejak awal.


Jika seorang anak laki-laki ingin membangun rumah tangga dan berdikari sendiri di rumah sang istri, maka kedua orangtua harus mengajari bagaimana cara menjaga istri, dan bagaimana caranya menjaga diri sebagai laki-laki yang simpatik. Seorang ayah harus duduk bersama putranya dan mengajaknya bicara dengan bahasa yang lembut. Semua ini akan terealisasi jika hubungan antara ayah dan anak seperti hubungan teman dengan teman dekatnya. Semestinya fenomena inilah yang berlaku. Bila tidak menggunakan cara tersebut, anak-anak tidak akan mampu mencari jalan hidup dan tidak bisa berperan di tengah masyarakat.


Adalah suatu hal yang sangat jelek jika orangtua membiarkan anak-anaknya tinggal di jalan-jalan dan begadang hingga larut malam. Mereka menghabiskan waktu-waktunya hanya untuk bermain, mengejek satu sama lain, dan saling berlomba melempar kata kotor yang semestinya waktu-waktu tersebut dimanfaatkan untuk mengaji Alquran.


Metode Alquran dalam Pendidikan

Alquran al-Karim mengajarkan kepada kedua orangtua cara berbicara dengan anak-anaknya melalui contoh yang terkandung dalam surah Luqman ayat 13: “Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Wahai anakku janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah adalah benar-benar kelaliman yang besar.’”


Teks AIquran ini mengarahkan secara halus kepada kedua orangtua cara berbicara kepada anak-anaknya. Kita dapat mengambil manfaat dari ayat ini tiga hal berikut:


Pertama: Ayat ini menggunakan ungkapan kata wahai anakku. Artinya, seorang ayah atau ibu apabila berbicara dengan putra-putrinya hendaknya menggunakan kata kekasihku, belahan jiwaku, kehidupanku, dan ungkapan-ungkapan lain yang serupa.


Kedua: ungkapan “Ketika dia memberi pelajaran kepada anaknya”. Ungkapan ini menunjukkan pentingnya kata yang lembut disertai rasa cinta kasih ketika kedua orangtua berbicara dengan anak-anaknya.


Ketiga: Firman Allah mengatakan, “Sesungguhnya mempersekutukan Allah benar-benar kelaliman yang besar.” Ini menyarankan kepada kedua orang-tua agar ketika menyuruh dan melarang harus menggunakan argumentasi yang logis. Ketika seorang ibu melarang putrinya pergi sendirian ke tempat-tempat tertentu, larangan tersebut harus menggunakan alasan yang tepat.


bottom of page