top of page

Non-Muslim yang Terpesona oleh Kepribadian Rasulullah

  • andysaefudin
  • 8 Apr 2022
  • 3 menit membaca


Dikisahkan dari kitab Sirah Ibn Hisyam, seorang lelaki bernama Adiy bin Hatim yang sangat membenci Rasulullah saw. Selaku pemimpin kabilah dia selalu mengambil bagian terbanyak dari harta rampasan yang diperoleh kaumnya, padahal yang demikian itu tidak dibenarkan oleh agama yang dianutnya. Ketika Adiy mendengar bahwa tentara kaum muslimin bergerak ke daerahnya, segera dia melarikan diri dengan mengendarai unta yang kekar bersama keluarganya, kecuali saudara perempuannya yang bernama Sufanah, ditinggalkannya.


Ketika tentara muslimin telah memasuki daerahnya, mereka menangkap Sufanah dan membawanya kepada Rasulullah saw kemudian digabungkan dengan tawanan-tawanan lain di dekat masjid. Ketika Rasulullah datang, Sufanah berkata kepada beliau: ā€œHai Rasulullah, orang tuaku telah tiada dan pelindungku melarikan diri. Kasihanilah aku.ā€


ā€œSiapa pelindungmu?ā€, tanya Rasulullah.


ā€œAdiy bin Hatimā€, jawab Sufanah.


ā€œYang lari dari Allah?ā€, kata Rasulullah saw sambil berlalu meninggalkan Sufanah.


Pada hari berikutnya, Rasulullah datang kembali, dan Sufanah mengungkapkan hal seperti hari kemarinnya, sementara jawaban Rasulullah pun sama dengan jawaban beliau sebelum ini. Keesokan harinya Rasulullah datang lagi. Sufanah merasa putus asa untuk mengungkapkan sesuatu kepada beliau, namun Imam Ali bin Abi Thalib a.s. yang berada di belakang Rasulullah, menyuruhnya menyampaikan sesuatu kepada beliau.


Maka berdirilah Sufanah, kemudian berkata kepada Rasulullah: ā€œWahai Rasulullah, orang tuaku telah tiada dan pelindungku melarikan diri. Kasihanilah aku niscaya Allah akan mengasihi Tuan.ā€


ā€œHal itu sudah aku lakukan. Jangan terburu-buru pulang sampai datang sekelompok kaummu yang terpercaya yang akan membawamu pulang ke daerahmuā€, jawab Nabi saw.

Setelah itu Sufanah tinggal di Madinah untuk beberapa waktu. Ketika sekelompok kaumnya yang terpercaya datang, ia menjumpai Rasulullah saw dan berkata: ā€œWahai Rasulullah, sekelompok kaumku yang terpercaya telah datang.ā€


Maka Rasulullah pun memberinya pakaian dan bekal, dan mengirimnya ke Syam. Sesampainya di Syam, Sufanah segera menjumpai saudaranya, Adiy bin Hatim. Sufanah memaki-maki saudaranya itu dengan berkata: ā€œKau bawa anak-anak dan keluargamu, dan engkau tinggalkan aku sendirian!ā€


Adiy menjawab: ā€œSaudariku, berbicaralah dengan baik. Sungguh aku tidak senang dengan cara seperti itu.ā€


Kemudian setelah diam Adiy kemudian bertanya kepada adiknya: ā€œBagaimana pendapatmu tentang orang itu (Rasulullah saw)?.ā€


ā€œSebaiknya engkau segera menemuinya. Jika dia seorang Nabi maka keutamaanlah yang akan engkau terima. Jika dia seorang raja, sungguh engkau tidak akan merasa rendah diri di hadapannyaā€, jawab Sufanah.


Setelah itu datang Adiy bin Hatim menjumpai Rasulullah di Madinah. Ketika itu beliau sedang berada di masjidnya. Setelah Adiy memberi salam, Rasul bertanya: ā€œSiapakah engkau?ā€


ā€œAdiy bin Hatimā€, jawabnya.


Lalu Rasul saw mengajaknya ke rumah. Di tengah perjalan beliau dihentikan oleh seorang wanita tua lemah yang mengadukan kesulitan-kesulitan hidupnya kepada beliau. Adiy bergumam: ā€œDemi Tuhan dia bukan seorang raja.ā€


Setibanya di rumah, Rasul mengambilkan bantal dan memberikannya kepada Adiy lalu menyuruhnya duduk di atasnya. Ia menolak, namun Rasul memaksanya, sementara Rasul sendiri duduk di atas tanah.


Adiy kembali bergumam: ā€œDemi Tuhan, ini bukan pekerjaan seorang raja.ā€

Sejenak kemudian Rasulullah berkata: ā€œHai Adiy, bukankah engkau seorang Rukusiy (agama gabungan antara Nasrani dan Shabiah)? Bukankah engkau selalu mengambil seperempat bagian dari rampasan?.ā€


ā€œBenarā€, jawabnya.


ā€œBukankah itu tidak dibenarkan oleh agamamu?ā€ tanya Rasul.


ā€œBenarā€, jawabnya. ā€œSungguh dia benar-benar seorang Nabi karena mengetahui sesuatu yang tidak diketahui orang lain,ā€ kembali Adiy bergumam.


Kemudian Rasul saw berkata lagi: ā€œHai Adiy, barangkali yang menghalangimu masuk Islam adalah karena engkau melihat kebutuhan kaum muslimin yang banyak, sungguh suatu ketika akan mengalir harta kepada mereka sehingga tak ada seorang pun yang mengambilnya. Ataukah yang menghalangimu masuk Islam adalah karena engkau melihat umat ini mempunyai banyak musuh sementara jumlah mereka sedikit; sungguh suatu saat engkau akan mendengar seorang wanita keluar dengan untanya dari kota Qadisiyah menuju Baitullah tanpa rasa takut. Atau barangkali yang menghalangimu masuk agama ini karena engkau melihat kekuatan dan kekuasaan berada di tangan bangsa lain; sungguh suatu ketika engkau akan menyaksikan istana-istana putih di Babilonia berada dalam kekuasaan umat ini.ā€


Setelah itu Adiy bin Hatim masuk Islam, selanjutnya Adiy berkata: ā€œDua hal terakhir dari pernyataan Rasulullah itu telah menjadi kenyataan. Telah kusaksikan istana putih di Babilonia dikuasai umat ini, dan telah kusaksikan pula seorang wanita keluar dengan untanya dari Qadisiyah menuju Baitullah. Sedangkan limpahan harta sehingga tak seorang pun mengambilnya, masih akan terjadiā€


*Disadur dari buku Kisah Orang-orang Bijak – Ayatullah Murthada Muthahhari

Comments


Kantor Layanan:
Perkantoran Buncit Mas Blok C 3,

Jl. Kemang Utara IX No.35 Duren Tiga, 
Jakarta Selatan 12760 

Call Layanan : 0813 8519 3714
Service & WA/SMS Center : 0878 4113 1360

Telp: +6221-7998301, 7998302, 
Fax: +6221-7998303
Email: danamustadhafin@gmail.com

Dana Mustadhafin (DM) adalah lembaga filantropi nirlaba yang menerima, mengelola dan menyalurkan dana  zakat, infak, sedekah ataupun dana-dana lainnya yang bersifat halal dan tidak mengikat. Sumber dana tersebut bisa berasal dari perseorangan, lembaga, komunitas maupun perusahaan swasta/BUMN (corporate social responsibility).

bottom of page