top of page

Rahasia di Balik Salawat



Amal perbuatan akan ditimbang dengan kebenaran. Sehingga darinya dapat dibedakan, mana perbuatan manusia yang baik dan mana yang buruk. Karenanya Alquran menyebutkan bahwa berdasarkan timbangan amal perbuatan, orang-orang yang amal perbuatannya berat, akan menjadi orang-orang yang beruntung. Sedangkan orang­-orang yang timbangannya ringan tidak akan mendapatkan kebahagiaan.


Pada hari itu akan segera diketahui, siapa yang amal perbuatannya berat dan siapa yang ringan. Seseorang dapat menimbang amal dirinya untuk mengetahui apakah ia termasuk orang yang memiliki amal perbuatan yang baik ataukah tidak? Kesempurnaan manusia terletak pada akal dan pengetahuannya, untuk menimbang amal dirinya. Imam Ali berkata: “Timbanglah amal perbuatan kalian sebelum ia ditimbang (Nahj al-Balaghah, Khotbah ke-90).” Lihatlah, apakah timbangan kalian berat atau ringan.


Dan rahasia dari kita bersalawat adalah salah satunya untuk memberatkan timbangan amal kita. Dalam khotbahnya Rasul saw bersabda: “Barang siapa yang banyak bersalawat kepadaku, maka pada hari kiamat Allah akan meringankan mizan (timbangannya).”

Salawat yang kita bacakan untuk Nabi, “Wahai Tuhanku, turunkanlah rahmat-Mu atas Muhammad dan keluarganya”, memiliki arti bahwa pada dasarnya, rahmat yang diturunkan Allah kepada Nabi diperuntukkan buat orang lain, sebab Nabi sendiri merupakan tempat bagi manifestasi Ilahi.


Jika kita ingin menyampaikan kebaikan kepada orang lain, maka pertama-tama wajib bagi kalian untuk menyampaikan salawat atas Nabi. Salawat, sebagai bentuk rahmat yang bersifat khusus, merupakan penyebab sampainya kebaikan pada orang lain. Berkenaan dengan itu, Imam Ali a.s. berkata: “Jika kalian ingin berdoa dan meminta kepada Allah di setiap waktu, maka bersalawatlah kepada Nabi dan keluarganya di dalam doa atau setelahnya, karena salawat kepada nabi adalah doa yang mustajab.” (Kanzul-Ummal hadis ke-3988)


Jika kita berdoa dengan menyertakan salawat di dalamnya, tentu mustahil Allah akan menerima salawat tanpa menerima doa kalian. Karena itu, tak heran apabila dalam doa-doa Imam Sajjad yang sarat nilai-nilai pendidikan, kita banyak menjumpai ucapan salawat. Setiap penggalan doa Imam senantiasa didahului, disisipi, dan diakhiri oleh ucapan salawat. Dikarenakan Allah Swt akan mengabulkan bagian-bagian doa yang menyertakan ucapan salawat, maka bagian­bagian yang lainnya pun pasti akan dikabulkan-Nya.


Sesungguhnya, setiap salawat yang dicurahkan tidak akan menambah kesempurnaan Nabi saw. Sebabnya, Allah telah menganugerahkan kesempurnaan yang pantas kepada Nabi-Nya. Ada pun sesuatu yang kita minta kepada Allah bukanlah sebagai sebab dan perantara dalam faidh (manifestasi) kepada Nabi. Namun, melalui salawat-salawat tersebut, segenap kesempurnaan Nabi akan semakin tampak, yang pada gilirannya menjadi penyebab bagi diturunkannya rahmat Ilahi.


Dengan bersalawat, sebenarnya kita bukan hendak memberikan kebaikan kepada Nabi. Karena, seluruh kebaikan yang kita miliki justru berasal dari keberkahan Nabi. Ini seperti seorang penjaga kebun yang memberikan setangkai mawar kepada pemilik kebun pada hari raya. Padahal, mawar tersebut sebenarnya memang milik si pemilik kebun. Apakah si penjaga kebun telah memberikan sesuatu yang dimilikinya?


Setiap buah kebaikan yang kita miliki sesungguhnya berasal dari tanaman Rasul. Setangkai mawar yang kita bawa ke hadapan Rasul pada dasarnya berasal dari taman beliau. Karena itu, salawat dan ucapan selamat yang dicurahkan tidak akan menambah kesempurnaan beliau. Manfaat salawat serta salam pada dasarnya kembali kepada diri kita, yakni sebagai wahana untuk mendekatkan diri kepada beliau. Sehingga dengan itu, kita bisa mencapai kesempurnaan diri.


Allah, malaikat-malaikat, dan orang-orang mukmin bersalawat kepada Nabi. Alangkah indahnya kedudukan seorang mukmin. Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya Allah dan malaikat malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (al-Ahzab: 56)

Perintah ini tertuju kepada kita untuk mengucapkan Allahumma shalli ala Muhammad wa aali Muhammad.


Allah berfirman Swt: “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya [memohon ampunan untukmu], supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya [yang terang].” (al-Ahzab: 43)


Allah Swt dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk mengeluarkan manusia dari gelapnya kebodohan menuju benderangnya cahaya hidayah. Keistimewaan salawat adalah memberikan cahaya kepada manusia. Dan salawat yang diucapkan Allah merupakan sifat fi’il-Nya, yakni sebagai pemberi cahaya bagi manusia.


Orang yang mendapat anugerah taufik dan cahaya hidayah dari Allah Swt adalah orang yang telah bersalawat dengan benar. Manakala seseorang tidak merasakan adanya kegelapan sebersitpun dalam hatinya, itu menunjukkan bahwa para malaikat telah bersalawat kepadanya. Jika dalam pikiran seseorang terlintas keinginan untuk melakukan perbuatan yang keliru, maka salawat para malaikat tidak akan pernah sampai kepadanya. Namun apabila ia telah merasakan hangatnya cahaya Ilahi, maka ketahuilah bahwa salawat para malaikat telah menerpa dirinya.


*Disarikan dari buku Rahasia Ibadah – Ayatullah Jawadi Amuli

bottom of page