Thaghut berasal dari asal kata “thagha” dan “thaghu” artinya melewati dan naik dari batasan yang dikenal, diterima dan sikap seimbang. Kata ini digunakan dalam beberapa hal yang merupakan sarana bagi tindakan melewati batas (tughyan), seperti bagian-bagian sesembahan-sesembahan selain Tuhan seperti berhala-berhala dan setan-setan dan jin-jin dan para pemimpin yang zalim dari golongan manusia dan setiap pemimpin yang tidak diridhai Allah Swt.
Bertindak zalim kepada ciptaan Allah adalah menguasai secara paksa atas hak-hak dan anugerah-anugerah Ilahi yang diberikan kepada mereka yang akan berujung kepada kerusakan di muka bumi sebagaimana yang dinyatakan dalam Alquran: “Yang berbuat sewenang-wenang di dalam negeri, lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu.” (QS. Al-Fajr: 11-12)
Sumber kezaliman adalah jiwa dan keinginan-keinginan jiwa dimana ia tidak memerlukan peran Tuhan yang ada pada dirinya sendiri. Berhala itu bisa harta, kekuatan atau pengetahuan yang menimbulkan keraguan dan kecongkakan. “Tidaklah seperti yang kamu sangka. Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas.” (QS. Al-‘Alaq [96]: 6)
Thaghut juga dapat diartikan setiap orang yang memerintahkan orang lain untuk keluar dari jalan yang lurus dan menggiring manusia ke arah kesesatan.
Kata taghut menurut pendapat Profesor Muhammad Quraish Shihab adalah melampui batas. Maksud melampui batas di sini adalah melampui batas dalam segala macam kebatilan, baik dalam bentuk berhala, ide–ide yang sesat, manusia durhaka atau siapa pun yang mengajak kepada perbuatan yang menyesatkan.
Menurut tafsir dari Profesor Quraish Shihab muncul beberapa kali dalam Alquran. Diksi ini pada dasarnya digunakan sebagai makna meluapnya air sehingga mencapai tingkatan yang membahayakan, sebuah awal mula tafsir yang didasarkan pada surat Al-Haqqah ayat 11 yang mengisahkan peristiwa banjir Nabi Nuh. Inna lamma thoghoo al-maa u khamalnaakum fii al-jaariyati “Sesungguhnya ketika air telah mencapai tingkat membahayakan, Kami mengangkut nenek moyang kamu ke atas bahtera.”
Thagut senantiasa ada di setiap zamannya. Para nabi diturunkan salah satunya adalah untuk melawan kekuatan taghut, seperti Fir’aun, Namrud, dan kafir Quraish. Untuk konteks taghut pemimpin zalim di zaman ini adalah rezim pemerintahan imperialis yang senantiasa menyebarkan teror atas imperiumnya kepada negara-negara lemah. Taghut di sini adalah front yang selalu melawan gerakan kebenaran, contoh dari mereka saat ini adalah rezim Amerika Serikat, Zionis ‘Israel’ dan beberapa negara lain yang membantunya.
Agresi rezim zionis selama bertahun-tahun adalah contoh nyata dari perang yang dikobarkan oleh kekuatan penindas, sementara perlawanan para pejuang Palestina dan Hizbullah Lebanon adalah contoh nyata dari jihad di jalan Allah Swt dalam melawan taghut.
Comentários