top of page

Belum Sempat Tangan Mulia Itu Dicium Muridnya, Ibu Sugihartiningsih Pun Pergi


Hari Jum'at yang begitu mulia. Seperti biasa ibadah-ibadah dikerahkan. Doa-doa terus dirapalkan. Bermunajat dan bahkan memohon ampunan sebagai manusia biasa yang tak luput dari dosa. Berharap hanya pada Allah SWT.



Seperti biasa, pada hari jum'at, Ibu Sugihartiningsih mengajar murid-muridnya di TK Az Zahra, kebetulan pada hari itu pelajaran yang dibawakan Ibu Sugihartiningsih adalah praktek sholat. Sholat begitu penting diajarkan pada anak-anak sejak dini. Sholat adalah sarana berkomunikasi seorang hamba kepada Penciptanya. Dan sholat bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.



Namun rupanya takdir menegaskan goresannya, aktivitas mengajar Ibu Sugihartiningsih itu pun harus terhenti. Setelah pelajaran hari itu sudah selesai, dan ketika salah seorang murid hendak pulang dan pamit, belum sempat sang murid mencium tangan mulia sang Ibu Guru Sugihartiningsih, beliau tiba-tiba lemas dan pingsan, dan akhirnya tidak sadarkan diri.



Ibu Sugihartiningsih pun pergi untuk selama-lamanya, meninggalkan kisah dan perjuangannya selama mengajar, bahwa apa yang dilakukan beliau seperti seorang yang sudah mengetahui bahwa besok akan kiamat tapi tetap semangat menanam padi, sebagaimana hadist Nabi : “Jika terjadi hari kiamat sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah tunas, maka jika ia mampu sebelum terjadi hari kiamat untuk menanamnya maka tanamlah.” (HR. Bukhari & Ahmad)



Innalillahi wainnailahi rajiun, bahwasanya semua yang hidup akan mengalami mati. Hari jum'at semoga menjadi hari terbaik buat Ibu Sugihartiningsih meninggalkan dunia ini, semoga segala amal ibadahnya diterima Allah SWT, dan segala dosa diampuni. Shalawat dan Alfatiha menyertai kepergian Ibu Sugihartiningsih. Amin yaa Rabbal Alamin.



Dana Mustadhafin

bottom of page