Dalam ajaran Islam berbuat baik kepada kedua orang tua adalah suatu kewajiban yang tidak boleh diabaikan. Bahkan perintah untuk berbuat baik kepada mereka setelah ikrar dengan tauhid: Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua. (QS. An-Nisa: 36)
Di ayat lain Allah berfirman: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kalian jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kalian berbuat baik pada ibu bapak kalian dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” (yang mengandung penghinaan atau menyakitkan mereka berdua sekecil apa pun) dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS. Al-Isra: 23)
Melalui lisan suci Nabi Isa as Allah Swt juga menunjukkan pentingnya berbakti kepada orang tua: Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (QS. Maryam: 32)
Berbuat baik kepada orang tua adalah tradisi baik para nabi dan wali. Orang-orang yang tidak memenuhi hak-haknya, akan menjadi sombong dan celaka. Namun dalam Islam, kedudukan seorang ibu masih lebih tinggi dari ayah. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah ﷺ ketika ditanya oleh salah seorang sahabat tentang kepada siapa saja dia harus berbakti. Rasulullah pun menyebut nama ibu sebanyak tiga kali, sementara ayah hanya satu kali.
Sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?”
Nabi saw menjawab, “Ibumu!” Dan orang tersebut kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Nabi ﷺ menjawab, “Ibumu!” Orang tersebut bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang tersebut bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi” Nabi ﷺ menjawab, “Kemudian ayahmu.”
Hal ini disebabkan diantaranya seorang ibu adalah yang mengandung kita yang tidak ada orang lain bersedia melakukan itu untuk yang lainnya. Ibu memberi makan dari nyawanya pada saat orang lain tidak akan memberikannya kepada selainnya. Ibu menjaga sepenuh jiwa dengan seluruh anggota badannya. Dia rela menahan lapar dan dahaga untuk membuatmu kenyang minum.
Mengenai hal ini Imam Ali Sajjad berkata: “Hak ibumu antara lain, engkau harus menyadari bahwa ibulah yang mengandungmu (di suatu tempat) yang tidak ada orang lain bersedia melakukan itu untuk yang lainnya. Dia memberimu makan dari nyawanya pada saat orang lain tidak akan memberikannya kepada selainnya. Dia menjagamu sepenuh jiwa dengan seluruh anggota badannya. Dia rela menahan lapar dan dahaga untuk membuatmu kenyang minum. Dia rela tidak memiliki pakaian untuk membuatmu berbaju. Dia rela berjemur di bawah sengatan matahari untuk membuatmu berada di tempat yang teduh. Dia rela terjaga untuk membuatmu tidur nyenyak. Dia menjagamu dari panas dan dingin. (Semua pengorbanan ini dilakukan seorang ibu) supaya kamu ada untuknya. Sesungguhnya kamu tidak mampu membalasnya kecuali dengan pertolongan dan taufik dari Allah Swt.”
Dalam praktek kehidupan sehari-hari pun, Imam Ali Sajjad berperilaku baik dan sangat menjaga hak-hak ibundanya. Suatu saat beliau ditanya oleh para sahabatnya: “Kenapa Anda tidak pernah makan satu meja dengan ibunda, padahal Anda adalah orang yang paling baik dalam perilaku terhadap sang ibu?”
Imam Sajjad menjawab: “Aku khawatir tanganku mengambil makanan yang telah terlebih dahulu dilihatnya (dikehendaki untuk diambilnya). Dengan itu, aku menjadi anak durhaka.”
Dari berbagai riwayat dapat disimpulkan bahwa membalas jerih payah ibu dan memenuhi hak-haknya sangatlah berat. Namun kita tetap harus berusaha semaksimal mungkin untuk melakukannya. Dan sudah selayaknya pula kita semua menghargai dan berterima kasih kepada mereka setiap waktu, terutama saat ada momentum seperti hari ibu atau hari ulang tahun mereka. Kita jadikan kesempatan itu untuk mengagungkan mereka. Jangan sampai kita melupakan kasih sayang tiada batas mereka atau bahkan berperilaku kasar dan tidak sopan.
Selamat Hari Ibu….
Dana Mustadhafin
Comments