top of page

Doa Adalah Senjata Orang Mukmin



Doa seorang hamba terhadap Tuhannya adalah panggilannya kepada-Nya untuk suatu permohonan, atau untuk pendekatan diri kepada-Nya. Allah SWT berfirman: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya....” (QS. Al-Kahfi: 28)


Dalam ayat lain Allah berfirman: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55)


Dalam ayat tersebut dan ayat yang lainnya, kata doa bermakna panggilan (al-nida); begitu pula dalam berbagai riwayat. Doa, bukanlah berarti permintaan (al-thalab) seperti yang langsung dipahami oleh orang sekarang ini.


Baca juga: Apa Manfaat Doa?


Barangkali, syariat Islam menetapkan doa agar dipakai oleh hamba untuk berkomunikasi dengan Tuhannya, memohon pertolongan dalam segala kondisi, dan sebagai media untuk selalu mengingat-Nya. Hal itu sebagai salah satu macam ibadah. Rasulullah ﷺ mengatakan bahwa doa adalah inti ibadah. Di samping itu, Alquran menamai doa sebagai ibadah:


Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku ('ibadati) akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina-dina.” (QS. Ghafir: 60)


Oleh karena itu, doa merupakan salah satu ibadah dan media komunikasi antara seorang hamba dengan Tuhannya. Hubungan komunikasi itu memiliki andil yang amat besar dalam membentuk ketenangan jiwa manusia. Orang-orang yang tidak melakukan ibadah seperti ini akan kehilangan sandaran dan pertolongan yang besar dalam menghadapi setiap persoalan. Mereka bagaikan orang yang berada di dalam pertempuran tetapi dia tidak bersenjata. Rasulullah ﷺ bersabda: “Doa adalah senjata orang Mukmin.”



Rasulullah ﷺ berkata kepada para sahabatnya: “Maukah kutunjukkan kepada kalian senjata yang menyelamatkan kalian dari musuh-musuh kalian dan memperbanyak rizki kalian?”


Mereka menjawab: “Ya.” Lalu Rasulullah bersabda lagi: “Hendaklah kalian berdoa di malam dan siang hari, karena sesungguhnya senjata orang Mukmin adalah doa.”


Diriwayatkan Sayidina Ali berkata: “Tahanlah gelombang bala dengan doa.”


Sayidina Ali Al-Ridha berkata kepada para sahabatnya: “Hendaklah kalian memiliki senjata para nabi.” Mereka menjawab: “Apa senjata para nabi?” Beliau pun menjawab: “Doa”


Jika kita perhatikan betul hadis-hadis dan sejenisnya, maka kita akan menemukan bahwa doa memiliki pengaruh psikis yang sangat besar, baik manusia mengajukan suatu permohonan kepada Allah dalam doa tersebut ataupun tidak. Inilah hakikat yang dipahami oleh para psikolog saat ini. Mereka menulis berbagai makalah di seputar masalah ini, dan kajian-kajian yang didasarkan pada angka-angka statistik. Angka-angka statistik itu menunjukkan bahwa orang-orang yang hidup di alam doa dan selalu berhubungan dengan Allah jarang sekali terkena rasa putus asa atau merasa pesimis. Selain itu, jarang pula mereka terjatuh dalam menghadapi peristiwa yang sangat menyakitkan; dan hampir tidak ada di antara mereka yang kehilangan kepercayaan diri dalam menghadapi masa yang akan datang.


Realitas seperti itu dinyatakan oleh Sayidina Muhammad Baqir dalam sebuah ucapannya kepada salah seorang sahabatnya: “Maukah engkau kuberitahu tentang sesuatu yang mengandung kesembuhan dari segala macam penyakit sampai pun kepada rasa pesimis?” Orang itu menjawab: “Ya.” Beliau mengatakan: “Doa.”


Dana Mustadhafin

bottom of page