top of page

Idul Adha, Hari Kemanusiaan Sejagat Raya



Idul Adha merupakan hari raya besamr kaum muslimin. Berdasarkan riwayat yang ada, pada hari ini Allah memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk menyembelih Nabi Ismail as. Nabi Ibrahim as pun membawa Nabi Ismail ke tempat penyembelihan namun Malaikat Jibril turun sambil membawa domba dan Nabi Ibrahim as menyembelih hewan kurban itu sebagai ganti putranya. Perintah berkurban pada hari Idul Adha di Mina diadakan untuk mengenang kejadian itu.


Hikmah dari berkurban adalah mendekatkan diri kepada Allah yang mana jika suatu amal didasari oleh takwa maka kedekatan itu akan tercapai. “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya."[QS. Al-Haj: 37]


Rasulullah saw menegaskan bahwa rahasia diwajibkannya kurban (bagi jemaah haji) adalah untuk membantu orang-orang fakir dimana mereka bisa makan dagingnya secara leluasa, seraya bersabda: "Maka suguhkanlah daging kurban itu kepada mereka".



Idul Adha mengajarkan kepada kita bagaimana berani berkorban dengan apa yang kita punya untuk membantu orang lain yang membutuhkan uluran tangan kita. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia merupakan makhluk yang membutuhkan orang lain dalam mewujudkan eksistensi. Maka ketika kita ada kelebihan rezeki dan bisa berkurban, alangkah baiknya. Apalagi di tengah pandemi seperti sekarang ini. Yakinlah, bahwa kurban kita akan diterima Allah Swt dan akan dilipatgandakan pahalanya karena membantu orang lain yang sedang mengalami kesulitan dan duka.


Ketika kita mengorbankan sesuatu bagi sesama, maka marilah kita berikan yang terbaik untuk mereka. Pun dalam berkurban, kita diharuskan memilih hewan pilihan yang tidak cacat. Kita tak perlu khawatir jika harta yang kita berikan di jalan Allah akan berkurang jumlahnya. Sebaliknya, Allah telah berjanji bahwa siapa saja memberikan yang terbaik dari hartanya dalam rangka kepatuhan menjalankan perintah-Nya, maka akan dilipatgandakan dengan jumlah yang tidak terduga-duga bagi siapa saja yang dikehendaki Allah swt.


Allah menegaskan dalam Al-Quran: “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta mereka di jalan Allah adalah dengan butir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada setiap butir seratus biji. Allah (terus-menerus) melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) laga Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)


Idul Adha merupakan hari pengorbanan untuk menjunjung tinggi kemanusiaan. Kurban memiliki makna ajaran untuk menjunjung tinggi kemanusiaan dalam beragama. Kita perlu merenungkan mengapa Allah Swt mengganti Nabi Ismail as dengan seekor domba. Hal ini mengandung hikmah di antaranya tidak diperbolehkannya mengorbankan dan meneteskan darah manusia. Penggantian “objek kurban” dari manusia ke binatang juga mengandung makna bahwa manusia memiliki hak untuk hidup di dunia. Siapa pun atas nama apa pun tidak boleh menghilangkannya.



Kita harus menjunjung tinggi hak-hak kemanusiaan, yakni hak untuk hidup, mendapatkan kesehatan, dan terjaga keselamatan jiwanya. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga mereda, kita tidak boleh egois dan abai sehingga menjadikan orang lain celaka. Penerapan protokol kesehatan sebagai ikhtiar terhindar dari Covid-19 harus ditegakkan bersama. Tidak bisa hanya dilakukan oleh sebagian orang saja. Kedisiplinan kita dalam menjaga diri, yang dimulai dari diri sendiri, akan berdampak kepada keselamatan orang lain sehingga kemanusiaan pun bisa kita junjung tinggi.


Allah swt berfirman: “Barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia.” (QS. Al Maidah: 32)




bottom of page