top of page

Pengabdian kepada Masyarakat, Manifestasi Ibadah Tertinggi




Salah satu kecenderungan tertinggi manusia adalah perasaan dan kelembutan yang muncul dari relung jiwanya yang paling dalam dan termanifestasikan dalam bentuk pelayanan serta pengabdian kepada sesamanya dalam lembaran hidupnya. Manusia bukan seperti batu yang tidak memiliki jiwa, dimana ia tidak peduli pada sesamanya.



Perasaan lembut untuk membantu orang lain sangat kentara dalam pribadi-pribadi agung. Tokoh-tokoh besar ini senantiasa memikirkan untuk memberi pelayanan dan mengabdi pada masyarakat. Imam Ali as-Sajjad as yang diperingati kelahirannya hari ini 5 Syakban dalam doanya meminta diberi kesempatan untuk melayani masyarakat.


“Ya Allah! Sampaikan salawat serta salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya. Dan berikan kepadaku kesempatan untuk melakukan pekerjaan baik bagi orang lain serta jangan musnahkan pahalanya dengan sifat mengungkit-ungkit kebaikan kepada orang lain.


Ya Allah jauhkan diriku dari sifat israf (berlebih-lebihan) dan tunjukkan kepada diriku jalan untuk membantu mereka yang membutuhkan. Ya Allah! Jadikan diriku dekat dengan orang-orang fakir dan menyukai untuk senantiasa berdekatan dengan mereka. Dan bantulah diriku untuk bersabar dan senang bergaul dengan mereka.” (Sahifah Sajjadiyah)



Melayani masyarakat dalam ajaran Islam tercatat sebagai ibadah terbaik. Dalam perspektif wahyu dan ajaran Nabi Muhammad pengabdian kepada masyarakat dan kecintaan di sisi Allah memiliki hubungan yang tak terpisahkan. Seruan Alquran terkait memperhatikan kebutuhan orang lain sangat besar, sampai-sampai kitab suci ini mensyaratkan orang-orang yang ingin mendapat berkah dari spirit hidayah Alquran adalah dengan memberi infak serta membantu kesulitan orang lain.


Dalam surah Al-Baqarah ayat 2-3 Allah Swt berfirman: Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”



Menurut ayat ini, Allah Swt akan memberi hidayah kepada mereka yang selain beriman kepada hal-hal gaib dan mendirikan salat, juga gemar berinfak dan senantiasa memikirkan kebaikan serta membantu orang lain. Rasulullah Saw dalam sebuah riwayat bersabda, “Manusia yang paling dicintai Allah adalah mereka yang memberi manfaat dan kebaikan kepada keluarga Tuhan.”

Selain berhubungan dangan Tuhan manusia juga memiliki kecenderungan untuk berinteraksi dengan sesamanya. Kita yang hidup di tengah masyarakat, tidak mungkin mampu memenuhi kebutuhan kita sendiri tanpa orang lain. Oleh karena itu, kita memenuhi kebutuhan orang lain sesuai dengan kemampuan dan potensi yang kita miliki, orang-orang lain pun memenuhi sebagian kebutuhan kita yang tidak mampu kita penuhi sendiri.


Murtadha Muthahhari berpendapat bahwa dalam diri manusia terdapat perasaan terpuji untuk berbuat baik kepada sesamanya. Perasaan ini sama seperti perasaan lain yang dimiliki manusia dan butuh untuk dipenuhi. Pastinya ketika manusia gagal memenuhi kebutuhan ini, maka ia akan tertimpa stres dan berbagai gangguan jiwa lainnya.


Dewasa ini, seiring dengan semakin majunya teknologi dan industri, kebutuhan fisik dan materi manusia mudah dipenuhi, namun perasaan untuk membantu orang lain semakin memudar. Dalam hal ini, salah satu akar dari kegalauan dan stres manusia modern adalah kecenderungannya untuk memenuhi kepentingan pribadi tanpa memikirkan orang lain.


Dalam pandangan Islam, manusia memiliki hak terhadap sesamanya. Imam as-Sajjad dalam Risalah al-Huquq-nya mengingatkan hak tersebut. Beliau mengingatkan hak berbagai kelompok seperti para pemimpin, orang miskin, kerabat, orang-orang baik dan sekelompok masyarakat lain seperti tetangga, teman, mitra, peminta-minta serta mereka yang membutuhkan.


Sejatinya Islam dengan pandangannya yang teliti dan mendalam menyebut membantu orang lain sebagai tugas manusia kepada sesamanya. Islam meyakini bahwa manusia harus saling memberi pelayanan kepada sesamanya, karena mereka sama-sama memiliki hak. Hak ini terkadang sangat transparan dan harus ditunaikan seperti hak ayah, ibu, guru dan lain-lain. Hal ini diistilahkan dengan hak transparan. Namun ada pula hak yang tersembunyi dan manusia kebanyakan lupa akan hak ini. Hak-hak tersebut seperti hak orang miskin, peminta-minta dan anak yatim.


*Disarikan dari buletin Al-Mitsal



bottom of page