top of page

Pentingnya Mengajarkan Keberanian pada Anak



Keberanian harus dimiliki setiap manusia dalam kehidupannya. Bila ingin menjadikan seorang anak bersikap amanat, jujur, dan ikhlas dalam kehidupannya, maka ia harus dididik menjadi sosok yang berani. Begitu pula bila menginginkannya selalu menjauh dari kebiasaan riya, berbohong, dengki, menipu, dan tipu daya. Tujuan utama mendidik keberanian adalah agar mereka mampu menjaga dirinya di tengah kehidupan masyarakat serta mencegah bahaya yang mungkin dijumpai dalam kehidupannya


Dr. Ali Qaimi dalam bukunya Mengajarkan Keberanian Pada Anak menjelaskan bahwa keberanian merupakan faktor terpenting dalam hal kemandirian seseorang. Orang-orang yang ingin waktunya dan apa yang dimilikinya tidak mengganggu orang lain, selayaknya memupuk keberanian diri, merenungkan jati dirinya, serta mempraktikkan segenap apa yang pantas dipraktikkan. Orang yang pengecut akan menyerah di hadapan keinginan dan kecenderungan diamya serta tidak punya nyali untuk menentang dan menghadapi berbagai kejadian yang menimpanya. Kadangkala ia amat menyesali dirinya dan ingin menuntaskannya dengan cara bunuh diri. Kesimpulannya, orang pengecut tidaklah bernilai sama sekali. Tatkala mengalami tekanan, ia akan mempersilakan orang lain berbuat semaunya terhadap dirinya.



Mungkinkah bisa mengajarkan keberanian kepada anak? Jawabnya “bisa”. Sebab keberanian adalah fitrah. Ya, anak-anak memiliki keberanian. Namun dikarenakan pengaruh di sekitarnya mereka kemudian dikuasai kepengecutan.


Dari manakah munculnya keberanian? Untuk mengetahui akar munculnya keberanian, kita harus menyebutkan sejumlah faktor berikut.


1. Fitrah


Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa manusia diciptakan dengan tiupan ilahiah. Namun, orang tua dan masyarakatlah yang dapat mematikan akar ini pada diri anak yang pada gilirannya menjadikan sang anak dikuasai kepengecutan.


2. Keturunan


Maksudnya adalah sifat-sifat yang diwariskan orang tua kepada anak-anaknya. Salah satunya adalah keberanian. Kiranya dapat dijadikan contoh, ketika Imam Husain bersama segelintir keluarga dan sahabatnya menghadapi ribuan bala tentara musuh, beliau menyebutnya keberaniannya diperolehnya dari sang ibu, Fatimah al-Zahra. Sebab, semua itulah yang memotivasinya menolak kehinaan.


3. Kelebihan fisik


Dari satu sisi, keberanian berkaitan dengan sifat-sifat fisik. Sedikit atau banyaknya otot akan berpengaruh dalam hal keberanian. Masalah lain adalah kondisi tubuh. Seseorang yang bertubuh kekar dan sehat akan termotivasi untuk berani.


4. Lingkungan


Lingkungan termasuk salah satu faktor penting dalam menciptakan keberanian. Yang kami maksud dengan lingkungan terdiri dari dua jenis; keluarga dan lingkungan masyarakat. Keluarga adalah sekolah pertama akhlak baik-buruknya kepribadian anak-anak. Sosok ibu adalah fondasi pemikiran keluarga. Sebab, ia memegang kendali urusan keluarga dan hati anak terikat kepadanya. Dalam hal ini, metode pendidikan yang dijalankan harus berorientasi pada penumbuhan rasa percaya diri, keinginan yang kuat, dan komitmen yang tulus. Selanjutnya adalah lingkungan masyarakat seperti sekolah, masyarakat, kerabat, dan orang­-orang dewasa.



Tujuan Menghidupkan Jiwa yang Berani


Masalah penting sekarang adalah manusia seperti apa yang diharapkan memiliki jiwa keberanian. Dalam pada itu, setiap pengasuh harus memahami tujuan mendidik keberanian anak. Yaitu, mengembalikan dirinya pada jalur fitrahnya. Atau dengan kata lain, menghidupkan fitrahnya.


  • Dengan keberanian, potensi dan kesabaran sang anak akan terasah.

  • Keberanian akan menjadikan sang anak berlaku jujur serta tak akan pernah lari dari kenyataan dan tak akan mau menyembunyikan kelemahannya.

  • Mereka akan konsisten dan komit di jalur kebenaran, kejujuran, dan siap berjuang bila keadaan mengharuskannya.

  • Menjadikan anak-anak berani mengatakan "tidak tahu" sewaktu dirinya memang tidak mengetahui sesuatu.

  • Tidak mencela orang yang melakukan kesalahan serta tidak berusaha menyelamatkan dirinya secara licik dengan menuduh orang lain.

  • Mengemukakan secara terus-terang kecintaan atau kebenciannya terhadap sesuatu.

  • Tidak marah ketika dikritik.

  • Apabila tak ada orang yang mengritiknya, ia tidak menganggap dirinya sempurna dan terjaga dari dosa.

  • Tidak sembarangan mengangguk-anggukkan kepalanya apabila tidak memahami sesuatu.



Fase Pendidikan Anak


Seorang anak akan menggapai kesuksesan hidup apabila memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kediriannya.


1. Usia


Anak sebelum usia baligh melewati beberapa tahap penting pendidikan. Sebagaimana dikatakan para ulama, anak-anak sepanjang apapun usianya, dua puluh tahun pertamanya menyamai lebih dari separuh usianya. Jelas, segala apa yang diterimanya pada usia ini akan memberikan kontribusi tertentu.


Masa kanak-kanak pertama sangat berperan penting dan sensitif (terhadap pembentukan kepribadiannya). Seorang psikolog berkeyakinan bahwa pelajaran yang diterima seseorang semasa kanak-kanak bagaikan huruf dan kata-kata yang diukir pada batang pohon. Islam mengibaratkan pengajaran pada masa ini dengan mengukir grafiti di atas batu yang mustahil dapat dihapus.


2. Jenis kelamin


Sedikit sekali program pendidikan yang berorientasi menumbuhkan keberanian pada wanita. Alasannya, wanita tidak butuh keberanian. Padahal hakikatnya mereka lebih butuh untuk dididik berani ketimbang laki-laki. Sebab seorang ibu yang berani akan mengajarkan keberanian pula pada anaknya. Dari sudut lain, keberanian harus lebih banyak dimiliki kaum wanita. Sebab, keberanian merupakan wasilah atau medium terbaik untuk menjaga ketakwaan dan kemuliaan dirinya.


3. Prespektif Masyarakat


Kita tak dapat mengingkari bahwa di tengah masyarakat terdapat banyak sekali orang-orang yang tak punya nyali atau keberanian, sampai-sampai sebagian dari mereka tak mampu mendengar kalimat haq. Mereka menyumbat telinganya dengan telapak tangannya agar tidak mendengar kebenaran serta menutup kedua matanya agar tidak melihat kebenaran. Alhasil, keburukan dan kehinaan pun merajalela di muka bumi ini.


Dana Mustadhafin


bottom of page