top of page

Saling Tolong Menolong di Antara Kaum Muslimin



Di antara kewajiban seorang muslim adalah membantu sesama saudaranya muslimnya. Seorang muslim yang sama-sama terikat oleh akidah memiliki hak untuk meminta nasihat dan bantuan ikhlas dari saudara sesama muslim. Karena itu, setiap kita hendaknya ikut memikirkan cara menyelamatkan mereka dari belitan kesulitannya, dan pikirkan pula cara agar mereka tidak terus-menerus terbelit kesulitan.


Tentang hal ini diriwayatkan bahwa seseorang bertanya kepada Imam Abu Abdillah tentang orang-orang yang memiliki kelebihan harta, sedangkan saudara-saudaranya berada dalam kekurangan, dan zakat tidak mencukupi kebutuhan mereka. Apakah dibenarkan orang-orang itu berada dalam keadaan kenyang sementara saudara-saudaranya kelaparan, padahal masa itu adalah masa paceklik, Imam Abu Abdillah as menjawab:



Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya. Hendaknya dia tidak berlaku zalim dan membuat saudaranya hina dan miskin. Dalam keadaan seperti itu, kaum muslim dibenarkan berusaha dan saling membantu, dengan memeratakan kesejahteraan kepada orang-orang miskin dan melimpahkan kasih sayang kepada mereka. Dengan itu, mereka berarti telah melaksanakan perintah Allah, dan menjadi saudara yang saling menyayangi.


Ya, tolong menolong adalah perintah yang Allah Swt sendiri firmankan dalam kitab suci-Nya: Dan tolong menolonglah kamu sekalian dalam kebajikan dan ketakwaan.


Begitu pun Rasulullah ﷺ dan para Imam Ahlulbait mengajarkan dan memberi teladan kepada kita, sebagaimana di banyak riwayat berikut:


Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa memuliakan saudaranya dengan ucapan­-ucapan lembutnya dan membantunya keluar dari kesulitannya, niscaya dia selalu berada dalam lindungan pertolongan dan rahmat Allah.”


Imam Ali Sajjad as mengatakan: “Sungguh aku malu kepada Tuhanku bila aku melihat seorang saudara yang sedemikian kikir kepada saudaranya untuk memberikan barang satu atau dua dinar guna membantunya, padahal dia (yang kikir) mengharap surga Allah.


Imam Ja’far Shadiq as mengatakan: “Berlomba-lombalah kamu sekalian dalam berbuat baik kepada saudara-saudaramu, dan jadilah kamu sekalian ahlinya. Sebab, di surga terdapat pintu yang disebut al-Ma’ruf fi al-Hayat al-Dunya (kebaikan dalam kehidupan dunia). Begitu seorang hamba bekerja untuk memenuhi kebutuhan saudara sesama mukminnya, pasti Allah mengirimkan dua malaikat untuk melindunginya, satu di kanan dan satu di kiri. Kedua malaikat tersebut memohonkan ampunan baginya dan berdoa bagi terpenuhinya kebutuhannya.



Beliau as juga mengatakan: “Siapa saja di antara orang mukmin yang meringankan kesulitan sesama mukminnya, sedang dia berada dalam kelapangan, maka Allah akan memudahkan kebutuhannya di dunia dan akhirat. Dan barang siapa menutupi aib seorang mukmin, maka Allah akan menutupi tujuh puluh aibnya di dunia dan akhirat.


Hadis-hadis di atas memberikan penjelasan kepada kita bahwa tujuan agama salah satunya adalah memberikan kebahagiaan kepada masyarakat dan untuk saling menolong dalam memikul beban berat kehidupan ini, dan itu memiliki nilai yang lebih tinggi ketimbang ibadah. Sebab, manfaat ibadah hanyalah individual, sedangkan amal-­amal sosial tersebut memberi manfaat secara luas. Hadis-hadis tersebut juga membuktikan kepada kita bahwa dalam hal tolong-menolong yang bersifat pilihan (anjuran dan bukan kewajiban), baik motifnya kuat maupun lemah, maka orang yang membantu memenuhi kebutuhan orang banyak mempunyai kedudukan yang tinggi di hadapan Allah, sekalipun kebutuhan tersebut tidak sangat mendesak. Dan orang yang paling dicintai Allah sebagaimana disabdakan Rasul ﷺ adalah orang yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain.


Dana Mustadhafin


bottom of page