top of page

Tanda-tanda Orang yang Berakal dalam Pandangan Islam



Sayidina Ali bin Abi Thalib ra mengatakan: “Manusia yang berakal itu selalu memikirkan esok hari; berusaha membebaskan dirinya dan beramal untuk sesuatu yang sudah pasti (kematian).”


Beliau juga mengatakan:


Manusia yang berakal itu perbuatannya dan perkataannya saling membenarkan.
Manusia yang merasa kagum atas dirinya artinya ia memiliki akal yang lemah.
Orang berakal dapat mengendalikan dirinya kala marah, kala berharap dan takut.
Lisan yang berakal ada di belakang hatinya, hati si bodoh ada di belakang akalnya.

Salah seorang sahabat Sayidina Ja’far Shadiq ra bertanya kepada beliau tentang apa itu akal. Sayidina Jafar menjawab: “Akal itu yang membuat seseorang menyembah Tuhannya dan yang membuat seseorang mendapatkan surga.


Sayidina Ja’far Shadiq ra juga mengatakan:

Manusia yang akalnya paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya.


Manusia berakal itu condong kepada kebenaran, berbicara dengan jujur, sangat menentang kebatilan, meninggalkan dunia dan menggenggam agama. Tanda orang berakal itu ada dua: benar berbicara dan benar dalam berbuat.”


Sayidina Musa bin Ja'far juga mengatakan mengenai akal kepada sahabatnya Hisyam: “Sabar dalam kesendirian itu pertanda orang yang berakal. Manusia yang mengenal Allah dengan benar akan menjauhi ahli dunia dan para pecintanya dan Tuhan akan menyertainya ketika sendirian dan akan membantunya ketika dalam keadaan fakir serta membuatnya mulia walaupun tanpa bantuan keluarganya sendiri.



"Hai Hisyam, orang yang berakal itu rela mendapatkan sedikit dunia tapi mengandung hikmah dan tidak mau mendapatkan dunia dengan sedikit hikmah. Lantaran hal tersebut mereka beruntung. Hai Hisyam, manusia yang berakal itu meninggalkan dunia apalagi dosa-dosa. Karena meninggalkan dunia itu keutamaan sementara meninggalkan dosa itu wajib.


"Hai Hisyam, orang yang berakal itu mengetahui bahwa untuk mendapatkan dunia harus dengan susah payah, demikian juga untuk akhirat. Akhirnya ia akan memilih memilih akhirat karena itu lebih kekal.


Ada 14 sifat untuk manusia yang berakal yang diterangkan dalam riwayat-riwayat di atas:


  1. Dengan akalnya ia bisa mengetahui Tuhan.

  2. Mengakui agama yang hak.

  3. Mengenal Allah dengan sebenar-benarnya, dan hanya mementingkan kerelaan Allah Swt.

  4. Lebih mengutamakan hikmah dan ilmu dari pada dunia.

  5. la tidak terikat dengan dunia dan mengabaikan semua kesenangan dunia.

  6. Menyadari bahwa dunia dan akhirat itu sama-sama memerlukan kerja keras dan lebih memilih akhirat karena abadi

  7. Mampu mengendalikan diri, amarah, syahwat dan rasa takut.

  8. Menerima kebenaran dan tidak suka dengan kebatilan.

  9. Selalu jujur dan tidak pernah berdusta.

  10. Bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab dan tidak mau melakukan pengkhianatan.

  11. Tidak pernah melupakan kematian dan hari akhirat.

  12. Berusaha menghiasi diri dengan akhlak yang utama.

  13. Berpikir dahulu sebelum berbicara dan kalau tidak perlu tidak akan berbicara.

  14. Menghindari perkataan yang tidak perlu dan berbicara seperlunya

14 sifat ini hanyalah sebagian dari sifat-sifat manusia yang berakal yang disebutkan. Namun ke-14 sifat ini dapat memberikan gambaran yang jelas tentang orang yang berakal itu. Semakin sempurna sifat-sifat tersebut maka akan semakin sempurna pulalah akal manusia tersebut.



Pada dasarnya semua manusia memiliki akal tapi mereka tidak memaksimalkan potensinya tersebut. Kalau seseorang mampu memaksimalkan akalnya, ia akan mampu memahami realitas dengan baik. Ia akan mampu memilih cara dan jalan yang terbaik yang akan mengantarkannya ke pintu gerbang kebahagiaan.


Aktivitas akal adalah melakukan tafakur. Dengan kekuatan tafakur manusia dapat memahami keterciptaan alam, Sang Pencipta dan pasrah dengan hukum yang diturunkan oleh Sang penciptanya. Berkat kekuatan akal pula manusia dapat memahami nilai-nilai moral dan menyusuri jalan-jalan untuk menyempurnakan dirinya dan membersihkan diri dari noda-noda akhlak yang kotor.


Jadi kalau ada orang yang meyakini Allah, Hari Kiamat, dan para nabi, melaksanakan perintah-perintah syariat. Memiliki akhlak yang baik dan menghindari perbuatan-perbuatan yang buruk, maka kita bisa memahami bahwa manusia seperti itu telah memanfaatkan potensi akal yang ada di dalam dirinya dengan baik.


Dana Mustadhafin

bottom of page