top of page

Bulan Maulid, Bulan Persatuan Umat Islam


Bulan Rabiul Awal telah tiba, di bulan mulia ini manusia teragung di alam semesta dilahirkan. Sejarawan mencatat beliau dilahirkan pada tahun ke-570 Masehi di kota Mekah. Bulan ini juga disebut sebagai bulan Maulid Nabi, mengambil dari momen kelahiran manusia agung ini.


Semua mazhab dalam Islam pun sepakat bahwa Nabi Muhammad ﷺ dilahirkan di bulan Rabiul Awal meski terdapat sedikit perbedaan di tanggal yang hanya berbeda beberapa hari.



Setiap tahunnya di sebagian negara yang berpenduduk mayoritas muslim memperingati Pekan Persatuan atau Usbu’ Al-Wahdah mulai dari 12 hingga 17 Rabiul Awal.


Hari kelahiran Nabi Muhammad ﷺ menurut keyakinan mayoritas Muslim Ahlusunnah jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal, sementara menurut mayoritas pengikut Muslim Ahlubait jatuh pada tanggal 17 Rabiul Awal. Perbedaan ini justru menjadi momen yang menyatukan karena adanya kesamaan iman dan tujuan, yakni tujuan untuk menjadi pengikut Nabi Muhammad dalam menyebarkan cahaya Islam yang rahmatan lil ‘alamin.


Islam diturunkan kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad ﷺ sebagai agama Ilahi paling sempurna untuk menyelamatkan manusia dari ketersesatan dan kejahilan. Dan untuk menjaganya diperlukan persatuan antar mazhab, sebagai poros dari persatuan tersebut diperlukan satu tokoh yang sama-sama diagungkan dan dimuliakan, tak lain sosok tersebut adalah Baginda Nabi Muhammad ﷺ. Maka momen di bulan kelahiran Nabi adalah saat yang tepat untuk dijadikan dasar dari berbagai mazhab untuk kembali mempelajari dan meneladani dari apa yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad, yaitu menjalin persatuan, saling menghargai dan menghormati satu sama lain dengan akhlaqul karimah.



Perbedaan mazhab tidak dapat dijadikan alasan kaum muslimin tidak bersatu, Allah ﷻ berfirman: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. (QS Al-Hujurat: 10) Karena mereka menyembah Tuhan yang satu. Semuanya mengucapkan ‘Tiada Tuhan selain Allah’. Mengimani risalah dan kenabian Nabi Muhammad ﷺ serta meyakini agama yang dibawa beliau sebagai agama terakhir penutup seluruh agama.


Semuanya meyakini Alquran sebagai kitab sucinya, serta salat menghadap ke satu arah, yaitu kiblat. Bahkan semuanya mencintai dan menghormati Ahlulbait, dan masih lebih banyak lagi kesamaannya. Hal ini sudah cukup menjadi alasan untuk bersatu dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.


Dana Mustadhafin

Comentários


bottom of page