top of page

Kisah dalam Alquran sebagai Bukti Kebenaran Risalah


Tujuan kisah-kisah dalam Alquran hampir mencakup seluruh tujuan pokok yang merupakan objek utama diturunkannya Alquran. Di antara dari banyak tujuan itu adalah sebagai bukti dan penguat kebenaran wahyu dan risalah yang dibawanya.


Sesungguhnya apa yang dibawa Alquran bukanlah berasal dari Nabi Muhammad saw. Ia adalah wahyu Allah Swt yang dianugerahkan kepadanya dan diturunkan kepada manusia sebagai petunjuk. Rasulullah saw menyampaikan tentang kisah umat-umat terdahulu, nabi, dan rasul-rasul mereka disampaikan secara teliti, terperinci, meyakinkan, dan dapat dipercaya. Apalagi setelah kita mengetahui keluasan pengetahuan dan kedudukannya di masyarakat, semuanya menguatkan kebenaran bahwa apa yang disampaikannya bukanlah berasal dari dirinya sendiri. Akan tetapi, ia berasal dari suatu sumber yang gaib, yang mengetahui segala rahasia dan apa-apa yang tersembunyi dalam setiap perkara. Sumber itu adalah Allah Swt.



Alquran sendiri telah menegaskan bahwa salah satu tujuan dari kisah-kisah itu adalah tujuan mulia tersebut, sebagaimana banyak disebutkan, baik dalam sebagian pembuka kisah-kisah Alquran maupun pada penutupnya. Di dalam surah Yusuf Allah Swt berfirman: “Kami mengisahkan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Alquran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)-nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.” (QS. Yusuf: 3)



Dalam surah al-Qashash, setelah memaparkan kisah tentang Musa, Allah Swt berfirman: “Dan tidaklah kamu (Muhammad) berada di sisi yang sebelah barat, ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa, dan tiada pula kamu termasuk orang-orang yang menyaksikan. Tetapi Kami telah mengadakan beberapa generasi, dan berlalulah atas mereka masa yang panjang, dan tiadalah kamu tinggal bersama-sama penduduk Madyan dengan membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. Tetapi Kami telah mengutus rasul-rasul. Dan tiadalah kamu berada di dekat gunung Thur ketika Kami menyeru (Musa), tetapi (Kami beritahukan itu kepadamu sebagai rahmat dari Tuhanmu, supaya kamu memberi peringatan kepada kaum (Quraisy) yang sekali-kali belum datang kepada mereka pemberi peringatan sebelum kamu agar mereka ingat.” (QS. al-Qashash: 44-46)


Pada pembukaan kisah Maryam, di dalam surah Ali Imran Allah Swt berfirman: “Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.” (QS. Ali Imran: 44)



Dalam surah Shad, sebelum memaparkan tentang kisah Adam, Allah Swt berfirman: “Katakanlah, ‘Berita itu adalah berita yang besar. Yang kamu berpaling dari padanya. Aku tiada mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang al mala'ul a'la (malaikat) itu ketika mereka berbantah-bantahan. Tidak diwahyukan kepadaku melainkan bahwa sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata.’” (QS. Shad: 67-70)


Dalam surah Hud, setelah memaparkan kisah Nuh, Allah Swt berfirman: “Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Hud: 49)


Seluruh ayat tersebut menunjukkan bahwa sesungguhnya kisah-kisah yang ada di dalam Alquran itu disebutkan untuk menguatkan kebenaran wahyu, yang merupakan sumber dasar bagi Islam.


*Disadur dari buku Ulumul Quran – Ayatullah Muhammad Baqir Hakim


Comments


bottom of page